Sabtu, 27 April 2013

Klasifikasi Teori dalam Hubungan Internasional


Sebelum membahas mengenai klasifikasi teori dalam Hubungan Internasional (HI) maka penulis akan menguraikan terlebih dahulu apa itu “teori”. Kata “teori” berasal dari bahasa Yunani yang artinya “melihat” atau “memperhatikan”. Dari pengertian tersebut, maka dengan mudah dapat dikatakan bahwa teori adalah suatu pandangan atau persepsi tentang apa yang terjadi. Mochtar Masoed dalam “Ilmu Hubungan Internasioanal; disiplin dan metodologi,” menjelaskan bahwa yang dimaksud teori adalah suatu bentuk pernyataan yang menjawab pertanyaan “mengapa”, artinya, berteori adalah upaya memberi makna pada fenomena yang sedang terjadi. Pernyataan yang disebut teori itu berwujud sekumpulan generalisasi dan karena di dalam generalisasi itu terdapat konsep-konsep, bisa juga diartikan bahwa teori adalah pernyataan yang menghubungkan konsep-konsep secara logis. Teori menggabungkan serangkaian konsep menjadi satu penjelasan yang menunujukkan bagaimana konsep-konsep itu secara logis saling berhubungan.
            Teori bisa diklasifikasikan berdasarkan ruang lingkup, (yaitu teori mikro atau makro), berdasarkan jangkauan (middle-range atau grand-theory), berdasar tingkatan-tingkatannya, atau berdasar struktur internalnya. Dalam tulisan ini akan diuraikan tipe-tipe teori berdasarkan jangkauannya, yakni grand theory dan middle range.
            Berdasarkan kriteria jangkauan dan daya eksplanasi sebagian besar teori dalam Ilmu Sosial masih terbatas dan lemah. Teori-teori HI umumnya juga memiliki jangkauan dan daya eksplanasi yang terbatas. Karena itu sebagaian besar ilmuwan HI penganut pendekatan saintifik, seperti David Singer, Joseph Nye dan lain-lain, cenderung menekankan upaya teorisasi middle range atau berjangkauan menengah; sedangkan sebagian besar pendukung pendekatan tradisionalis, seperti Morgenthau lebih menekankan grand theory yang berjangkauan universal.
            Para pendukung teori berjangkauan menengah berpendapat bahwa upaya membuat grand theorycenderung mengharuskan teoritisi melakukan penyederhanaan fenomena secara berlebihan, yaitu dengan hanya mempertimbangkan sedikit sekali variabel independen. Mengingat fenomena sosial umumnya sangat kompleks, maka teori yang hanya memuat satu atau dua variabel independen sulit menghasilkan deskripsi dan prediksi yang tidak benar. Penyederhanaan yang berlebihan juga bisa membuat teori itu tidak relevan dengan kebutuhan untuk membuat kebijaksanaan.
            Pendukung teori middle range tegas-tegas berpendapat bahwa teori HI harus relevan dengan kebutuhan membuat kebijaksanaan. Dan yang paling berguna bagi perumusan kebijaksanaan adalah teori yang bisa mendeskripsikan fenomena dengan cukup cermat (yaitu memiliki ketepatan deskriptif yang cukup tinggi) dan yang memuat generalisasi dengan tingkat probabilitas yang cukup tinggi pula (yaitu generalisasi tingkat tinggi atau menengah). Teori berjangkauan menengah bisa menjanjikan lebih banyak ketepatan deskriptif karena teori ini umumnya memuat jumlah variabel independen yang lebih banyak, dan dengan demikian lebih mendekati kenyataan sosial yang kompleks. Karena teori berjangkauan universal lebih menekankan sifat elegance atau parsimoni daripada ketepatan deskriptif, maka teori middle range itu lebih relevan bagi pembuatan kebijaksanaan daripada grand theory.
            Intinya, teori berjangkauan universal (grand theory) berisi pokok penjelasan umum mengenai sejumlah besar fenomena yang cakupannya luas. Contoh-contohnya adalah teori realis/ neorealis, teori sistem, teori Marxis/ neo-Marxis tentang perekonomian dunia kapitalis, teori ketergantungan. Teori-teori berjangkauan universal (grand theory) cukup kuat pada aspek deskripsi tetapi agak lemah pada aspek eksplanasi. Sebaliknya teori berjangkauan menengah (middle-range) dan teori-teori parsialkuat pada aspek penjelasan tapi lemah pada aspek deskripsi. Sementara grand theory meliputi banyak kasus dan juga teori tersebut mempunyai banyak varians-nya. Bahkan, apapun permasalahannya, dari sudut apapun permasalahan tersebut dilihat, grand theory pasti mampu menjawabnya. Contoh dari teori-teori parsimoni (partial) dan berjangkauan menengah (middle-range) yang menjelaskan fenomena dalam jumlah terbatas dengan sesedikit mungkin variabel meliputi antara lain (a) teori tentang pengaruh lingkungan geografi, (b) teori pola-pola komunikasi dan pembentukan komunitas, (c) teori fungsionalisme dan integrasi sektor atau bagian, (d) teori deterrence, (e) teori mengenai pembangunan dan konflik internasional, (f) teori tingkah-laku aliansi, (g) teori tingkah laku bargaining, (i) teori pembuatan keputusan (Allison).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar