Sebelum
membahas mengenai klasifikasi teori dalam Hubungan Internasional (HI) maka
penulis akan menguraikan terlebih dahulu apa itu “teori”. Kata “teori” berasal
dari bahasa Yunani yang artinya “melihat” atau “memperhatikan”. Dari pengertian
tersebut, maka dengan mudah dapat dikatakan bahwa teori adalah suatu pandangan
atau persepsi tentang apa yang terjadi. Mochtar Masoed dalam “Ilmu Hubungan
Internasioanal; disiplin dan metodologi,”
menjelaskan bahwa yang dimaksud teori adalah suatu bentuk pernyataan yang
menjawab pertanyaan “mengapa”, artinya, berteori adalah upaya memberi makna
pada fenomena yang sedang terjadi. Pernyataan yang disebut teori itu berwujud
sekumpulan generalisasi dan karena di dalam generalisasi itu terdapat
konsep-konsep, bisa juga diartikan bahwa teori adalah pernyataan yang
menghubungkan konsep-konsep secara logis.
Teori menggabungkan serangkaian konsep menjadi satu penjelasan yang
menunujukkan bagaimana konsep-konsep itu secara logis saling berhubungan.
Teori bisa diklasifikasikan
berdasarkan ruang lingkup, (yaitu teori mikro atau makro), berdasarkan
jangkauan (middle-range atau grand-theory), berdasar tingkatan-tingkatannya,
atau berdasar struktur internalnya. Dalam
tulisan ini akan diuraikan tipe-tipe teori berdasarkan jangkauannya, yakni grand theory dan middle range.
Berdasarkan kriteria
jangkauan dan daya eksplanasi sebagian besar teori dalam Ilmu Sosial masih terbatas dan lemah. Teori-teori HI
umumnya juga memiliki jangkauan dan daya eksplanasi yang terbatas. Karena itu
sebagaian besar ilmuwan HI penganut pendekatan saintifik, seperti David Singer,
Joseph Nye dan lain-lain, cenderung menekankan upaya teorisasi middle range atau berjangkauan menengah;
sedangkan sebagian besar pendukung pendekatan tradisionalis, seperti Morgenthau
lebih menekankan grand theory yang
berjangkauan universal.
Para pendukung teori berjangkauan
menengah berpendapat bahwa upaya membuat grand
theorycenderung mengharuskan teoritisi melakukan penyederhanaan fenomena
secara berlebihan, yaitu dengan hanya mempertimbangkan sedikit sekali variabel
independen. Mengingat fenomena sosial umumnya sangat kompleks, maka teori yang
hanya memuat satu atau dua variabel independen sulit menghasilkan deskripsi dan
prediksi yang tidak benar. Penyederhanaan yang berlebihan juga bisa membuat
teori itu tidak relevan dengan kebutuhan untuk membuat kebijaksanaan.
Pendukung teori middle range tegas-tegas berpendapat bahwa teori HI harus relevan
dengan kebutuhan membuat kebijaksanaan. Dan yang paling berguna bagi perumusan
kebijaksanaan adalah teori yang bisa mendeskripsikan fenomena dengan cukup
cermat (yaitu memiliki ketepatan deskriptif yang cukup tinggi) dan yang memuat
generalisasi dengan tingkat probabilitas yang cukup tinggi pula (yaitu
generalisasi tingkat tinggi atau menengah). Teori berjangkauan menengah bisa
menjanjikan lebih banyak ketepatan deskriptif karena teori ini umumnya memuat
jumlah variabel independen yang lebih banyak, dan dengan demikian lebih
mendekati kenyataan sosial yang kompleks. Karena teori berjangkauan universal
lebih menekankan sifat elegance atau parsimoni daripada ketepatan deskriptif, maka teori middle
range itu lebih relevan bagi pembuatan kebijaksanaan daripada grand theory.
Intinya, teori
berjangkauan universal (grand theory) berisi pokok penjelasan
umum mengenai sejumlah besar fenomena yang cakupannya luas. Contoh-contohnya adalah
teori realis/ neorealis, teori sistem, teori Marxis/ neo-Marxis tentang
perekonomian dunia kapitalis, teori ketergantungan. Teori-teori berjangkauan
universal (grand theory) cukup kuat
pada aspek deskripsi tetapi agak lemah pada aspek eksplanasi. Sebaliknya teori
berjangkauan menengah (middle-range)
dan teori-teori parsialkuat pada aspek penjelasan tapi lemah pada aspek
deskripsi. Sementara grand theory meliputi banyak kasus dan juga teori tersebut
mempunyai banyak varians-nya. Bahkan, apapun permasalahannya, dari sudut apapun
permasalahan tersebut dilihat, grand theory pasti mampu menjawabnya. Contoh
dari teori-teori parsimoni (partial) dan berjangkauan menengah (middle-range)
yang menjelaskan fenomena dalam jumlah terbatas dengan sesedikit mungkin
variabel meliputi antara lain (a) teori tentang pengaruh lingkungan geografi, (b)
teori pola-pola komunikasi dan pembentukan komunitas, (c) teori fungsionalisme
dan integrasi sektor atau bagian, (d) teori deterrence, (e) teori mengenai
pembangunan dan konflik internasional, (f) teori tingkah-laku aliansi, (g)
teori tingkah laku bargaining, (i) teori pembuatan keputusan (Allison).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar